Minggu, Januari 04, 2015

Memahami Aperture


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka saat kita mengambil foto. Saat kita memencet tombol shutter, maka lobang didepan sensor kamera akan membuka. Besarnya lobang ini tergantung dari pengaturan aperture pada kamera. Semakin besar lobang terbuka, maka semakin banyak pula cahaya yang bisa masuk ke sensor.

Seperti yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya (Silahkan baca : disini), bahwa lensa adalah "pintu masuk" yang harus dilalui cahaya untuk bisa masuk ke kamera. Nah, dalam lensa ini terdapat suatu lobang yang bisa mengecil dan membesar tergantung jumlah cahaya yang masuk. Lobang inilah yang disebut dengan Aperture.

memahami Aperture http://pilarfoto.blogspot.com/
Aperture www.pilarfoto.blogspot.com

Jika kita menggunakan mode dial Full Auto, maka pada saat memotret dengan kondisi minim cahaya secara otomatis lobang Aperture akan membesar. Begitupun sebaliknya, jika kita memotret pada kondisi terang benderang (banyak cahaya) secara otomatis lobang Aperture akan mengecil. Bisa diibaratkan seperti kita jika melihat cahaya terang/silau maka kita akan memicingkan mata dan akan membuka mata lebar-lebar disaat mencari/melihat sesuatu ditempat yang minim cahaya.

Namun, jika kita menggunakan mode dial semi manual dan full manual, maka kita bisa menentukan sendiri nilai Aperture yang akan kita buka. Dengan penyetingan secara manual ini kita bisa menentukan seberapa jauh bidang fokus pada foto (Baca lagi : tentang exposure)

Aperture dinyatakan dalam satuan f-stop. Misalkan pada aperture 5,6 biasanya akan ditulis dengan f/5,6. Pada penggunaan aperture ini, semakin kecil angka f-stop nya, maka bukaan lensa akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka f-stop, maka lobang akan semakin kecil. Coba perhatikan gambar dibawah ini :
Perbandingan nilai Aperture http://pilarfoto.blogspot.com/
Perbandingan Nilai Aperture www.pilarfoto.blogspot.com


Jelas sekali perbedaannya bukan?
Pada saat kita menekan tombol shutter pada kamera, Aperture akan terbuka sesuai dengan nilai yang telah ditentukan, kemudian kamera akan menyedot informasi cahaya yang akan masuk kedalam sensor. Waktu yang dibutuhkan kamera untuk menyedot cahaya tersebut biasa juga disebut dengan Shutter Speed (selengkapnya tentang Shutter Speed)


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Pentingnya Exposure Dalam Fotografi

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, bahwa kamera membutuhkan cahaya untuk bisa menghasilkan sebuah foto. Tanpa cahaya maka akan mustahil sebuah foto bisa didapat. Kita juga telah membahas tentang bagaimana perjalanan cahaya tersebut masuk ke kamera sehingga bisa menghasilkan sebuah foto. (Selengkapnya baca disini)

Pada kenyataanya, nilai cahaya pada berbagai kondisi tidaklah sama. Cahaya matahari pagi, siang, sore maupun malam tentu memiliki nilai yang berbeda. Atau, cahaya lampu 10 watt tentu akan lebih terang dibandingkan dengan lampu yang hanya memiliki kapasitas 5 watt.

Untunglah para ilmuwan diluar sana sudah menanamkan beberapa settingan pada kamera, agar hasil foto kita bisa sesuai keinginan, tidak terlalu terang ataupun terlalu gelap. Kita tinggal menggunakannya, apakah ingin dengan mode auto, semi manual atau full manual (silahkan baca : teknik dasar penggunaan kamera). Semua pengaturan yang dimaksud disini biasa juga disebut dengan Metering Mode/Exposure Metering/Camera Metering.

Untuk lebih memahami konsep eksposure ini, kita harus mengenal dulu tiga unsur yang menjadi kunci dasar dalam exposure (segitiga fotografi). Ketiga unsur itu adalah :
  • Aperture : Seberapa besar lensa terbuka untuk bisa dilewati cahaya
  • Shutter Speed : Berapa lama waktu yang dibutuhkan kamera untuk "menangkap" cahaya
  • ISO : Seberapa peka sensor menerima cahaya

Sebelum melakukan pemotretan dengan mode semi manual atau full manual, kita harus memperhatikan ketiga unsur diatas. Beberapa hal ini dibawah ini bisa kita jadikan patokan untuk melakukan settingan exposure pada kamera :


  1. SEMAKIN KECIL APERTURE maka akan menghasilkan foto dengan ruang ketajaman (DoF) yang luas. Artinya jika anda ingin menghasilkan setiap area pada foto memiliki ketajaman yang baik, maka aturlah bukaan lensa yang kecil (angka besar). Biasanya settingan ini dipergunakan untuk memotret landscape yang membutuhkan detail dan ketajaman diseluruh bagian foto. Aperture kecil contohnya f/11, f/13, f/14…dst 

  2. SEMAKIN BESAR APERTURE maka akan menghasilkan foto dengan ruang ketajaman (DoF) yang sempit. Anda pernah lihat foto dengan objek yang tajam dan background yang blur? Teknik ini sangat digemari karena dapat memperkuat objek pada foreground dan juga terasa lebih artistik. Nah, jika anda menginginkan hasil foto seperti itu, maka aturlah bukaan lensa yang besar (angka kecil). Semakin besar bukaan lensa maka background akan terlihat semakin blur. Aperture besar contohnya f/2.8, f/1.4…dst 

  3. Untuk teknik SHUTTER SPEED LAMBAT (SLOW SPEED) akan memberikan efek khusus pada objek yang bergerak. Untuk teknik ini membutuhkan kreatifitas fotografer dalam menentukan settingan shutter speednya. Aliran air seperti kapas, lampu-lampu kendaraan pada malam hari terlihat seperti garis dengan pola-pola tertentu adalah beberapa contoh penggunaan teknik ini. Penggunaan tripod pada teknik ini juga sangat dianjurkan untuk menghindari foto yang tidak tajam (shake/blur)

  4. SHUTTER SPEED CEPAT biasanya digunakan untuk membuat foto freeze object. Teknik freeze itu sendiri dapat diartikan sebagai teknik memotret pada objek yang sedang bergerak dan pada hasil foto akan terlihat seolah-olah objek yang bergerak tersebut diam/berhenti dalam pergerakannya. Seperti halnya dalam teknik slow speed diatas, tidak ada aturan baku dalam teknik ini. Semua tergantung kreatifitas anda, ingin seperti apa foto yang dihasilkan. Jika ingin foto yang benar-benar freeze maka pilihlah shutter speed yang cepat dan turunkan sedikit kecepatannya bila ingin terlihat ada pergerakan pada hasil foto anda. Memotret balapan, memotret burung yang sedang terbang adalah contoh dari teknik ini.

  5. SEMAKIN RENDAH ISO maka kemungkinan “penampakan” noise juga akan semakin kecil. Noise biasanya akan terlihat pada angka ISO 400 atau lebih. Apabila setelah melakukan settingan (ISO, Aperture, Shutter Speed) hasil foto masih terlalu gelap dan kita tidak ingin melihat adanya noise pada hasil foto kita maka dapat diakali dengan menggunakan lampu tambahan seperti blitz/flash, lampu payung, dsb 

  6. SEMAKIN TINGGI ISO maka noise akan semakin jelas terlihat. Karena noise ini berupa bintik-bintik kecil pada foto, maka keberadaannya dianggap sangat mengganggu. Mungkin karena hal tersebut, di internet banyak kita temui softwere atau plug in penghilang noise, seperti Neat Image, Imagenomic Noiseware, Noise Ninja, dsb. Untuk penggunaannya, biasanya ISO tinggi hanya digunakan pada saat kamera kekurangan cahaya, misalnya malam hari. Namun tidak sedikit pula fotografer yang sengaja menghadirkan noise ini pada foto mereka (biasanya foto B/W), sehingga foto akan kelihatan lebih artistik. 

Setelah melihat bahasan diatas, mungkin akan timbul satu pertanyaan, bagaimana cara menentukan bahwa exposure yang kita lakukan sudah benar-benar pas, tidak under atau over exposure?

Untuk mendapatkan exposure yang pas itu caranya cukup mudah, yaitu anda tinggal lihat pada viewfinder (jendela bidik), kemudian tekan shutter setengah untuk focus, maka pada jendela bidik tersebut anda akan lihat sebuah garis indikator kecil. Jika indikator tersebut berada disebelah kiri berarti under exposure dan sebaliknya. Anda tinggal memposisikan indikator tersebut tepat ditengah (angka nol) dengan cara memutar-mutar settingan ISO, Aperture dan Shutter speed.

Indikator pada viewfinder www.pilarfoto.blogspot.com
Indikator pada viewfinder www.pilarfoto.blogspot.com

Jadi, bila anda akan melakukan suatu pemotretan tanpa blitz, settingan pertama adalah atur ISO pada angka kecil (200 atau lebih kecil), setelah itu “mainkan” settingan aperture dan shutter speed pada kamera anda. Jika settingan keduanya sudah mentok (Bukaan lensa sudah yang paling lebar atau shutter speed sudah pada angka 1/60), namun garis indikator masih belum ditengah, maka naikkan ISO sehingga garis indikator tepat berada ditengah.


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Sabtu, Januari 03, 2015

Bagaimana Kamera Menghasilkan Sebuah Foto

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Pada dasarnya prinsip kerja kamera adalah merekam pantulan cahaya yang mengenai suatu objek kemudian menyimpannya pada media yang peka terhadap cahaya. Jika pada kamera analog kita mengenal istilah film, maka pada kamera DSLR atau kamera digital terdapat sebuah sensor yang akan merekam semua informasi cahaya tersebut.

Untuk lebih gampangnya, mari kita lihat dulu gambar dibawah ini :
Bagaimana Kamera Menghasilkan Sebuah Foto www.pilarfoto.blogspot.com


Keterangan gambar :



  • Apa yang kita lihat dari Viewfinder (9) adalah pantulan cahaya dari objek foto (1) yang masuk melewati Lensa (2) dan terus menuju cermin pantul (3). Kemudian dari cermin pantul ini, cahaya diarahkan ke pentaprisma (8). Pada pentaprisma ini terdapat dua buah cermin yang dipasang sedemikian rupa sehingga arah cahaya yang semulanya vertikal akan berubah menjadi horizontal dan langsung masuk menuju viewfinder (9)
  • Pada saat pemotretan terjadi, Cermin pantul (3) akan berayun keatas sehingga cahaya yang sebelumnya diarahkan ke pentaprisma akan dapat langsung terus maju dengan lurus menuju Shutter (4). Shutter itu sendiri akan terus terbuka selama waktu shutter speed yang telah kita tentukan dan Sensor (5) juga akan terus merekam cahaya yang masuk tersebut. Jika proses ini sudah selesai, maka Cermin Pantul (3) akan kembali seperti semula sehingga cahaya dari lensa akan kembali menuju pentaprisma dan muncul viewfinder
  • Proses selanjutnya adalah apa yang terjadi pada sensor digital. Pada sensor ini, gambar akan diolah oleh "komputer" yang ada pada kamera, mengubahnya dengan format yang sesuai kemudian menyimpannya dalam memory card.
Berdasarkan hal diatas dapat kita lihat bahwa cahaya adalah unsur penting yang harus ada dalam dunia fotografi. Tanpa adanya cahaya akan sangat mustahil sebuah foto bisa dihasilkan. Namun, kita juga tahu bahwa cahaya yang dihasilkan baik itu dari matahari atau lampu. Nilai cahaya pada saat mendung tentu tidak sama dengan nilai cahaya pada saat cerah, begitupun pada lampu dengan ragam watt nya.

Jadi, bagaimana cara agar cahaya pada foto yang kita hasilkan bisa pas, tidak terlalu gelap ataupun terlalu terang?
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa cahaya masuk ke kamera melewati lensa, dan saat kita memotret cahaya tersebut akan diteruskan ke Shutter. Jika Anda memotret dengan menggunakan Full Auto , maka kamera akan mengatur secara otomatis cahaya yang masuk ke kamera. Namun jika Anda memotret dengan menggunakan semi manual atau full manual (selengkapnya baca disini), maka Andalah yang menentukan banyaknya cahaya yang melewati lensa (Apperture), lamanya Shutter membuka atau menutup (Shutter Speed) dan juga seberapa peka sensor menerima cahaya (ISO).

Apperture, Shutter Speed dan ISO biasa juga disebut dengan Segitiga Fotografi. Dimana ketiga unsur tersebut akan menentukan hasil atau efek dari foto kita nantinya. Silahkan Anda klik link yang ada diatas untuk melihat apa saja pengaruh ketiga unsur tersebut terhadap foto Anda


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين