Minggu, Januari 04, 2015

Pentingnya Exposure Dalam Fotografi

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, bahwa kamera membutuhkan cahaya untuk bisa menghasilkan sebuah foto. Tanpa cahaya maka akan mustahil sebuah foto bisa didapat. Kita juga telah membahas tentang bagaimana perjalanan cahaya tersebut masuk ke kamera sehingga bisa menghasilkan sebuah foto. (Selengkapnya baca disini)

Pada kenyataanya, nilai cahaya pada berbagai kondisi tidaklah sama. Cahaya matahari pagi, siang, sore maupun malam tentu memiliki nilai yang berbeda. Atau, cahaya lampu 10 watt tentu akan lebih terang dibandingkan dengan lampu yang hanya memiliki kapasitas 5 watt.

Untunglah para ilmuwan diluar sana sudah menanamkan beberapa settingan pada kamera, agar hasil foto kita bisa sesuai keinginan, tidak terlalu terang ataupun terlalu gelap. Kita tinggal menggunakannya, apakah ingin dengan mode auto, semi manual atau full manual (silahkan baca : teknik dasar penggunaan kamera). Semua pengaturan yang dimaksud disini biasa juga disebut dengan Metering Mode/Exposure Metering/Camera Metering.

Untuk lebih memahami konsep eksposure ini, kita harus mengenal dulu tiga unsur yang menjadi kunci dasar dalam exposure (segitiga fotografi). Ketiga unsur itu adalah :
  • Aperture : Seberapa besar lensa terbuka untuk bisa dilewati cahaya
  • Shutter Speed : Berapa lama waktu yang dibutuhkan kamera untuk "menangkap" cahaya
  • ISO : Seberapa peka sensor menerima cahaya

Sebelum melakukan pemotretan dengan mode semi manual atau full manual, kita harus memperhatikan ketiga unsur diatas. Beberapa hal ini dibawah ini bisa kita jadikan patokan untuk melakukan settingan exposure pada kamera :


  1. SEMAKIN KECIL APERTURE maka akan menghasilkan foto dengan ruang ketajaman (DoF) yang luas. Artinya jika anda ingin menghasilkan setiap area pada foto memiliki ketajaman yang baik, maka aturlah bukaan lensa yang kecil (angka besar). Biasanya settingan ini dipergunakan untuk memotret landscape yang membutuhkan detail dan ketajaman diseluruh bagian foto. Aperture kecil contohnya f/11, f/13, f/14…dst 

  2. SEMAKIN BESAR APERTURE maka akan menghasilkan foto dengan ruang ketajaman (DoF) yang sempit. Anda pernah lihat foto dengan objek yang tajam dan background yang blur? Teknik ini sangat digemari karena dapat memperkuat objek pada foreground dan juga terasa lebih artistik. Nah, jika anda menginginkan hasil foto seperti itu, maka aturlah bukaan lensa yang besar (angka kecil). Semakin besar bukaan lensa maka background akan terlihat semakin blur. Aperture besar contohnya f/2.8, f/1.4…dst 

  3. Untuk teknik SHUTTER SPEED LAMBAT (SLOW SPEED) akan memberikan efek khusus pada objek yang bergerak. Untuk teknik ini membutuhkan kreatifitas fotografer dalam menentukan settingan shutter speednya. Aliran air seperti kapas, lampu-lampu kendaraan pada malam hari terlihat seperti garis dengan pola-pola tertentu adalah beberapa contoh penggunaan teknik ini. Penggunaan tripod pada teknik ini juga sangat dianjurkan untuk menghindari foto yang tidak tajam (shake/blur)

  4. SHUTTER SPEED CEPAT biasanya digunakan untuk membuat foto freeze object. Teknik freeze itu sendiri dapat diartikan sebagai teknik memotret pada objek yang sedang bergerak dan pada hasil foto akan terlihat seolah-olah objek yang bergerak tersebut diam/berhenti dalam pergerakannya. Seperti halnya dalam teknik slow speed diatas, tidak ada aturan baku dalam teknik ini. Semua tergantung kreatifitas anda, ingin seperti apa foto yang dihasilkan. Jika ingin foto yang benar-benar freeze maka pilihlah shutter speed yang cepat dan turunkan sedikit kecepatannya bila ingin terlihat ada pergerakan pada hasil foto anda. Memotret balapan, memotret burung yang sedang terbang adalah contoh dari teknik ini.

  5. SEMAKIN RENDAH ISO maka kemungkinan “penampakan” noise juga akan semakin kecil. Noise biasanya akan terlihat pada angka ISO 400 atau lebih. Apabila setelah melakukan settingan (ISO, Aperture, Shutter Speed) hasil foto masih terlalu gelap dan kita tidak ingin melihat adanya noise pada hasil foto kita maka dapat diakali dengan menggunakan lampu tambahan seperti blitz/flash, lampu payung, dsb 

  6. SEMAKIN TINGGI ISO maka noise akan semakin jelas terlihat. Karena noise ini berupa bintik-bintik kecil pada foto, maka keberadaannya dianggap sangat mengganggu. Mungkin karena hal tersebut, di internet banyak kita temui softwere atau plug in penghilang noise, seperti Neat Image, Imagenomic Noiseware, Noise Ninja, dsb. Untuk penggunaannya, biasanya ISO tinggi hanya digunakan pada saat kamera kekurangan cahaya, misalnya malam hari. Namun tidak sedikit pula fotografer yang sengaja menghadirkan noise ini pada foto mereka (biasanya foto B/W), sehingga foto akan kelihatan lebih artistik. 

Setelah melihat bahasan diatas, mungkin akan timbul satu pertanyaan, bagaimana cara menentukan bahwa exposure yang kita lakukan sudah benar-benar pas, tidak under atau over exposure?

Untuk mendapatkan exposure yang pas itu caranya cukup mudah, yaitu anda tinggal lihat pada viewfinder (jendela bidik), kemudian tekan shutter setengah untuk focus, maka pada jendela bidik tersebut anda akan lihat sebuah garis indikator kecil. Jika indikator tersebut berada disebelah kiri berarti under exposure dan sebaliknya. Anda tinggal memposisikan indikator tersebut tepat ditengah (angka nol) dengan cara memutar-mutar settingan ISO, Aperture dan Shutter speed.

Indikator pada viewfinder www.pilarfoto.blogspot.com
Indikator pada viewfinder www.pilarfoto.blogspot.com

Jadi, bila anda akan melakukan suatu pemotretan tanpa blitz, settingan pertama adalah atur ISO pada angka kecil (200 atau lebih kecil), setelah itu “mainkan” settingan aperture dan shutter speed pada kamera anda. Jika settingan keduanya sudah mentok (Bukaan lensa sudah yang paling lebar atau shutter speed sudah pada angka 1/60), namun garis indikator masih belum ditengah, maka naikkan ISO sehingga garis indikator tepat berada ditengah.


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

0 komentar:

Posting Komentar